Bukan kabut, namun kepulan asap jahanam
Pandangan pagi yang langsung merusak mataku
Macet
Masih jam 5 pagi
Namun kendaraan-kendaraan itu sudah berteriak dengan angkuhnya
Memekik
Aku tuli!
Juntaian gedung dengan kuku-kuku bengisnya
Pencakar langit kata mereka
Perusak alam kataku
Tanah berbintang, seru mereka
Polusi cahaya, teriakku
Ibu kota negara
Pantaskah?
Banjir, kerusuhan, pemukiman kumuh, kota metropolis
Semua bersanding di satu tempat
Timpang..
Aku mengagumi kota ini
Namun tak pernah mencintainya
Terlalu asing
Terlalu ku benci
Entah kapan aku dan Jakarta bisa bersahabat
Atau sekedar menjalin hubungan baik
Medan
Rumahku
Cinta pertamaku
Kehidupanku
Hatiku
Semua tertinggal disana
Baby doll
Raga tanpa jiwa
Nyawa lain yang di tiupkan Jakarta padaku
Kota hantu
Begitupun aku..