Thursday, August 29, 2013

Sebut Saja Dia..


Dia seorang gadis sederhana, yang sesungguhnya sangat istimewa. Aku menemukannya di sela waktuku, kala aku mencicipi masa smk. Di sebuah ruang kelas yang berisik, dia muncul dengan gaya yang klasik.

Dia tak seperti gadis kebanyakan. Dia tak suka berdandan, tak tampil rupawan seperti para gadis sekolahan yang ingin menjadi idaman. Dia hanyalah dia, gadis slenge'an yang lebih suka memakai sepatu kets hitam dan ransel yang terkadang lebih besar dari tubuhnya. Dia apa adanya, tak sombong dan ke-pria-an.





Suaranya mengalahkan kemerduan kicau burung yang sering kudengar di pagi hari, disaat hiruk pikuk rumus matematika mengambang di otakku. Senyumnya seteduh tenses english yang diulas oleh guru terfavorit seantero sekolahan, dengan gaya yang seru. Ia sangat mencintai masakan ibunya, dan selalu menyantapnya di jeda istirahat, ketika kebanyakan siswa lain memenuhi perutnya dengan masakan ibu kantin. Berteman dengannya membuatku lupa apa itu malu, dan mengerti apa itu persahabatan.

She's like an angel with endless joy.

Segala masalah hidup dilumat habis oleh keceriaannya. Hingga kau takkan mengenalnya sebagai wanita pemurung atau pengeluh. Karena dia dengan suka rela akan membagikan tawa pada siapa saja yang ditemuinya.

Dia lebih suka menghabiskan uang untuk membeli kaos daripada dress-dress lucu keluaran terbaru. Kemanapun ia pergi, kaos oblonglah yang selalu menemaninya. Jangan pinta ia memakai rok, karena aku pun tak pernah melihatnya begitu cantik layaknya seorang perempuan dengan balutan pernak-pernik. Namun ia terlihat lebih cantik, sangat-sangat cantik dengan ia yang apa adanya.

Rambut sebahu adalah ciri khasnya, sejak pertama kali ia kutemui, hingga kini, ketika aku hanya bisa menatapnya dari beberapa foto yang ia pajang di akun sosialnya. Jarak tak membuat aku dan dia kehilangan keakraban. Karena dulu sekali, kami pernah begitu dekat hingga aku menyebutnya mami. Dan kini, ketika aku terpisah beribu-ribu kilometer dari tempatnya mengukir cerita hidup, ia tetap orang yang sama untukku. Ia mamiku.

Sebut saja dia Mila, gadis pemusik yang suka membuat jarinya menari diatas senar gitar. Gadis yang juga suka membuat mouse dan keyboard kewalahan mematuhi perintah imajinasinya. Gadis yang suka mengotori halaman-halaman bukunya dengan sketsa dan gambar yang ia temukan dalam benaknya. Gadis luar biasa yang mendedikasikan hidupnya di bidang keperawatan. Gadis pecinta yang menyayangi satu nama dengan sangat. Gadis istimewa, yang takkan lagi diciptakan Tuhan untuk kedua kalinya. Dia satu-satunya. Dia, yang kukenal dengan nama utuh Hariyati Karmila, adalah sahabat yang hebat. Dan aku yakin, siapapun pasti menyetujuinya.

Teruntuk gadis manis yang sedang intensif menimba ilmu di USU, tulisan singkat ini kutujukan untukmu..